Jumat, 17 Februari 2023

Jasa Pengetikan Online Murah di Bumi Sari Natar Lampung Selatan

Jasa Pengetikan Online Murah di Bumi Sari Natar Lampung Selatan

Kami merupakan jasa ketak ketik yang bergerak di bidang usaha pengetikan komputer Online yang akan membantu permasalahan anda bagi Anda mahasiswa/mahasiswi pegawai anak sekolah yang sedang banyak tugas pengetikan dan tidak sempat mengerjakannya kami menyediakan jasa pengetikan makalah skripsi proposal tugas sekolah tugas kantor dll.

Baik menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris karena kami memahami kesibukan anda yang begitu padat sehingga tidak memungkinkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Kami sebagai jasa pengetikan online menawarkan layanan jasa ketik online sehingga anda tidak perlu lagi bersusah payah untuk pergi ke tempat rental komputer cukup dengan menghubungi kami via sms atau email anda dapat mengirimkan soft copy hasil scan ataupun dalam format jpeg dengan cara mengirimkannya via email dokumen anda terjamin kerahasiaannya. Anda dapat mengantar dokumen langsung ke kantor kami atau mengirimkan naskah / dokumen yang akan diketik berupa hasil scan/ gambar atau berupa file pdf ke email kami. Apabila naskah/ dokumen berupa hardcopy anda dapat menggunakan jasa pengiriman paket.

Kami menerima jasa pengetikan online seluruh Indonesia. Jasa ketikan yang kami layani antara lain : Surat menyurat label / tabel / jadwal Makalah / skripsi Daftar Menu / Program Kerja Harga Harga jasa pengetikan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yakni banyaknya halaman spasi yang digunakan serta teks bahasa (bahasa indonesia dan inggris). 

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : Ketikan Teks Bahasa Indonesia ukuran kertas A4 spasi 1 Rp 2.000/Lembar spasi 15  Rp 1.500/Lembar Ketikan Teks Bahasa Inggris ukuran kertas A4 spasi 1 Rp 3.500/Lembar spasi 15  Rp 3.000/Lembar Ketikan Bagan grafik table rumus Harganya mulai dari Rp 5.000 (tergantung tingkat kerumitan)

Hubungi Segera 085652216808 ( Nino Nurmadi S.Kom )






Rabu, 18 Januari 2023

Kontrakan & Kost Bumi Sari Natar















Kontrakan Bumi Sari Natar Lokasi Strategis Dekat dengan Jalan Raya ,Dekat dengan Sekolah Pendidikan TK, SD , SMP , SMA Bahkan Banyak Perusahaan Pabrik Di sekitar Kontrakan. Dan Harga Perbulan Sewa Kontrakan & Kost Dimulai Dari 500.000 Rupiah Saja. 

bisa Bayar Perbulan & Pertahun Untuk Menyewa Kontrakan Segera 

Hubungi Nomor Di Bawah ini Atau Langsung Kelokasi Tujuan dengan alamat sebagai berikut : 

Jalan Raya Bumi Sari Natar Gang Bima Lampung Selatan ( Ruko Ungu ) Tidak Jauh Dari Jalan Raya Setempat Masuk Jalan Bima ( Gang Bima ) Kira - Kira Dari Jalan Bima 6 Sampai 7 Rumah Pertigaan Gang dari jalan Bima. 

Hubungi Segera di Nomor Berikut : 085652216808 Berikut Gambar - Gambar Kontrakan & Kos Bumi Sari Natar Lampung Selatan.


Sabtu, 13 November 2021

Kisah Tasbih Fatimah R.A

Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib r.a bertanya kepada murid-muridnya,”Maukah kalian saya ceritakan tentang Fatimah r.a, orang yang paling dicintai diantara puteri-puteri Rasulullah saw?” Serentak murid-muridnya menjawab,”Tentu, kami ingin sekali.” Kemudian Ali bin Abi Thalib r.a bercerita,”Fatimah selalu menggiling gandum dengan tangannya sendiri, sehingga menimbulkan bintik-bintik hitam yang menebal pada kedua telapak tangannya. Dia sendiri yang mengangkut air ke rumahnya dalam sebuah kantung kulit yang menyebabkan luka-luka di atas dadanya. Kemudian dia membersihkan rumahnya seorang diri, menyebabkan pakaiannya menjadi kotor.” Pada suatu hari, datanglah beberapa orang hamba sahaya kepada Rasulullah saw., maka saya pun berkata, “Pergilah engkau menghadap Rasulullah saw. Dan mintalah seorang pembantu untuk meringankan pekerjaan rumahmu” kemudian dia pergi menemui Rasulullah saw. tetapi pada saat itu banyak orang yang menghadiri majlis Rasulullah saw. karena malu untuk menyampaikan maksudnya, dia pun kembali ke rumah. Pada hari berikutnya, Rasullullah saw. datang ke rumah kami dan bertanya, “Wahai Fatimah, ada maksud apa engkau datang ke rumahku kemarin?” Fatimah r.a. tidak menjawab karena malu. Saya berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, dia menggiling gandum setiap hari, yang menimbulkan bintik-bintik hitam pada tangannya. Dia mengangkat air setiap hari sehingga menyebabkan luka-luka di atas dadanya, dan setiap hari dia membersihkan rumahnya sehingga pakaiannya menjadi kotor. Kemudian saya menceritakan tentang beberapa orang hamba sahaya yang engkau dapatkan kemarin dan menyuruh Fatimah datang kepada engkau untuk meminta seseorang pembantu.” Mendengar hal itu Rasulullah saw. bersabda.”Wahai Fatimah, bertakwalah kepada Allah, tetaplah menyempurnakan kewajibanmu kepada Allah dan kerjakanlah pekerjaan rumah tanggamu. Kemudian, apabila engkau akan tidur, ucapkanlah subhaanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, AllaahuAkbar 33 kali, ini lebih baik bagimu daripada seorang pembantu.” Setelah mendengar nasihat itu Fatimah r.a. Berkata,”Saya ridha dengan keputusan Allah dan Rasul-Nya.” Hikmah Dari Kisah di Atas Inilah kisah putri Rasulullah sawnabi yang paling mulia diantara para nabi ,Sedangkan kita pada zaman sekarang, jangankan pekerjaan rumah tangga, pekerjaan pribadipun harus dibantu oleh orang lain, misalnya menyapu, mengepel, membersihkan WC dan lain-lain. Menurut hadist ini, sebelum tidur hendaklah membaca dzikir-dzikir tersebut diatas.Dalam hadist lain disebutkan bahwa Rasulullah saw menasehati Fatimah agar setiap selesai shalat membaca subhaanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, AllaahuAkbar 33 kali. (Sumber Buku Himpunan Kitab Fadhail Amal Hal : 708)

Sembilan Renungan Kehidupan

Kita bangun tidur di waktu subuh dan kemudian membasah wajah dengan air wudlu yang segar. Sesudah melaksanakan sholat dan berdoa. Cobalah menghadap cermin di dinding. Di sana kita mulai meneliti diri : 1.Lihatlah kepala kita! Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap kepasrahan seorang hamba fana tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang manusia di dalam pikirannya? 2. Lihatlah mata kita! Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat segala pemandangan dan kemaksiatan yang dilarang? 3. Lihatlah telinga Kita! Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan, bacaan Al Qur’an, seruan kebaikan, atau kita gunakan buat mendengarkan suara-suara yang sia-sia tiada bermakna? 4. Lihatlah hidung Kita! Apakah sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di tempat sholat, mencium istri, suami dan anak-anak tercinta serta mencium kepala anak-anak papa yang kehilangan cinta bunda dan ayahnya? 5. Lihatlah mulut kita! Apakah sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat bermanfaat serta kata-kata bermakna atau kita gunakan untuk mengatakan kata-kata tak berguna dan berbisa, mengeluarkan tahafaul lisan alias penyakit lisan seperti: bergibah, memfitnah, mengadu domba, berdusta bahkan menyakiti hati sesama? 6. Lihatlah tangan Kita! Apakah sudah kita gunakan buat bersedekah, membantu sesama yang kena musibah, mencipta karya-karya yang berguna atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi, menzalimi orang lain serta merampas hak-hak serta harta-harta orang yang tak berdaya? 7. Lihatlah kaki Kita! Apakah sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut ilmu bermutu, ke tempat-tempat pengajian yang kian mendekatkan perasaan kepada Allah Yang Maha Penyayang atau kita gunakan untuk melangkah ke tempat maksiat dan kejahatan? 8. Lihatlah dada Kita! Apakah di dalamnya tersimpan perasaan yang lapang,sabar, tawakal dan keikhlasan serta perasaan selalu bersyukur kepada Allah Yang Maha Bijaksana, atau di dalamnya tertanam ladang jiwa yang tumbuh subur daun-daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki serta pepohonan berbuah riya? 9. Lihatlah diri kita! Apakah kita sering tadabur, Tafakur dan selalu bersyukur pada karunia yang kita terima dari Allah Yang Maha Perkasa?

Abu Bakar As Shiddiq dan Bekas Tukang Ramal

Abu Bakar Ash-Shiddiq mempunyai seorang hamba sahaya (budak) yang menyerahkan sebagian pendapatan harian kepadanya sebagai tuan. Pada suatu hari, budaknyanya membawa makanan, lalu Abu Bakar memakannya sedikit. Budaknya berkata, “Tuan selalu bertanya tentang sumber makanan yang aku bawa, tetapi hari ini tidak demikian?” Abu Bakar mejawab, “Aku terlalu lapar sehingga aku lupa bertanya. Terangkanlah kepadaku dimana kamu mendapat makanan ini?” Budak menjawab, “Sebelum aku memeluk Islam, aku menjadi tukang ramal. Orang-orang yang aku ramal nasibnya terkadang tidak membayar ketika itu, karena ketiadaan uang. Mereka berjanji membayarnya suatu ketika apabila telah mempunyai uang. Aku berjumpa dengan mereka hari ini. Merekalah yang memberikanku makanan ini.” Mendengar kata-kata budaknya, Abu Bakar memekik, “Ah! Nyaris-nyaris kau bunuh aku.” Kemudian dia mencoba mengeluarkan makanan yang telah ditelannya. Ada orang yang menyarankan supaya dia mengisi perutnya dengan air dan kemudian memuntahkan makanan yang ditelannya tadi. Saran ini diterima dan dilaksanakannya sehingga makanan itu dimuntahkan semuanya keluar. Para sahabat lain yang melihat kejadian itu berujar, “Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadamu, karena kamu telah bersusah payah mengeluarkan makanan yang sedikit.” “Aku sudah pasti memaksanya keluar walaupun dengan demikian aku mungkin kehilangan nyawaku sendiri. Aku mendengar Nabi bersabda, “Badan yang tumbuh subur dengan makanan yang haram akan merasai api neraka. Oleh karena itulah maka aku memaksa makanan itu keluar, aku takut kalau-kalau ia menyuburkan badanku.

Kisah Para Penghafal Qur'an

Seorang muslim secara fitrah mengetahui keutamaan menghafal al-Quran dan tingginya kedudukan penghafal al-Quran. Banyak sekali nash-nash yang mengumpulkan keutamaan-keutamaan ini sehingga menambah kuat pengertian ini. Jika ditambah dengan contoh-contoh yang nyata dala perkara ini, niscaya hal itu akan semakin menambah keyakinan seseorang dengan kemampuannya untuk mengubah makna-makna ini ke dalam alam nyata. Tidak ada dalil yang lebih jelas dalam hal ini daripada metode yang digunakan al-Quran al-Karim dan as-Sunnah an-Nabawiyah dalam menyampaikan kisah-kisah dan contoh-contoh untuk dijadikan pelajaran dan nasihat. Berikut ini beberapa kisah para penghafal al-Quran, mudah-mudahan dapat menjadi menara dan contoh untuk diikuti generasi ini. Amru bin Salmah Rodhiyallohu ‘anhu adalah golongan sahabat yang masih kecil (muda). Dia sangat antusias mempelajari al-Quran. Dia selalu menemui kafilah yang datang dari bepergian, bertanya kepada mereka dan meminta dibacakan al-Quran dari mereka. Sehingga dia menjadi orang yang paling banyak hafalannya diantara seluruh kaumnya, dan menjadikannya orang yang berhak menjadi imam shalat mereka. Marilah kita dengarkan kisahnya, dia bercerita, “Ketika saya berada di kampung, datanglah kafilah melewati kami. Mereka baru saja kembali dari sisi Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam, lalu aku mendekati mereka dan mendengarkan pelajaran dari mereka sehingga aku hafal al-Qur’an. Orang-orang menunggu masuk Islam hingga setelah Fathu Mekkah. Ketika Mekkah telah ditaklukan, mereka mengutus seorang laki-laki menghadap Rosululloh Sholallohu ‘Alahi wa Sallam. Utusan itu berkata, “Wahai Rosululloh, saya adalah utusan Bani Fulan yang datang kepada engkau untuk memberitahukan keislaman mereka.” Ayahku juga menghadap Rosululloh dengan keislaman kaumnya lalu kembali kepada mereka, dia berkata,”Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pilihlah (untuk menjadi imam sholat) orang yang paling banyak hafalan al-Qurannya diantara kalian!” Amru bin Salmah berkata,”Lalu mereka melihat-lihat, ketika itu saya memiliki hafalan yang banyak, mereka tidak mendapati seorangpun yang lebih banyak hafalannya daripadaku, maka merekapun memilihku padahal aku masih anak-anak...” (HR. Ahmad) Para pemuda hari ini saling bertanya, ketika melihat contoh ini. Pemuda sahabat Rodhiyallohu ‘anhu ini sangat antusias menghafal al-Quran dan mempelajarinya, padahal ketika itu belum ada sarana dan prasarana yang tersedia seperti halnya yang kita dapati pada hari ini. Saat itu dia tidak mempunyai halaqoh untuk menghafal al-Quran, juga tidak mempunyai kaset rekaman atau MP3 player, bahkan al-Quran di masanya belumlah terkumpul dalam satu mushaf yang darinya bisa dia baca dan hafalkan. Namun dengan segala keterbatasan tersebut, dia tetap bisa menghafalnya. Kita bisa merasakan semangat Zaid bin Tsabit Rodhiyallohu ‘anhu, saat kaumnya mendatangi Nabi Sholallohu ‘alaihi wasallam dengan bangga terhadap prestasi yang telah ditorehkan Zaid bin Tsabit Rodhiyallohu ‘anhu. Disebutkan bahwa kaumnya berkata kepada Nabi Sholallohu ‘alaihi wasallam,”Anak ini merupakan salah seorang anak Bani Najjar yang telah menghafal apa-apa yang telah diturunkan Robbmu kepadamu berupa beberapa puluh surat.” Nabipun takjub dan bersabda,”Wahai Zaid, pelajarilah bahasa Ibrani. Demi Alloh, karena mereka tidak memahami surat yang kutulis.” Maka aku (Zaid bin Tsabit) pun mempelajari bahasa mereka sesuai dengan apa yang diperintahkan kepadaku selama lima belas malam kemudian akupun mengusainya. Maka sejak saat itu akulah yang membacakan surat yang mereka sampaikan kepada Nabi Sholallohu ‘alaihi wasallam dan membalas surat mereka jika Nabi Sholallohu ‘alaihi wasallam ingin membalasnya. (HR. Al-Bukhari dan Ahmad) Anak yang lain yang juga telah menghafal al-Quran pada saat usianya baru sepuluh tahun lebih sedikit adalah Barro’ bin Azib Rodhiyallohu ‘anhu. Beliau berkata,”Rosululloh tidaklah mendatangi kami sampai aku membaca puluhan surat al-Mufashshal.” Abdushshamad bin Abdurrahman bin Abi Raja’ al-Balwi (wafat tahun 619 H) meriwayatkan al-Quran dari ayahnya dengan cara talaqqi. Dari ayahnya beliau juga mendengar beberapa kitab, padahal ayahnya wafat saat beliau baru berumur sekitar sepuluh tahun. Ali bin Hibbatullah al-Jumaizi (wafat tahun 649 H) hafal al-Qur’an saat berumur sepuluh tahun. Majduddin Abu al-Barakat Ibnu Taimiyah (wafat tahun 652 H) hafal al-Quran da menguasai ilmu dari pamannya, al-Khatib Fahruddin dan berkelana mencari ilmu menemani putra pamannya, Saifuddin, saat beliau masih berumur belasan tahun. Zaid bin Hasan Tajuddin al-Kindi (wafat tahun 613 H) membacakan al-Quran di depan Muhammad Sabth al-Khiyath dengan cara talqin (menirukan) saat beliau masih berusia tujuh tahun dan hal ini jarang terjadi – seperti yang disampaikan adz-Dzahabi – dan yang lebih langka lagi, beliau membacanya dengan sepuluh macam jenis qira’ah saat beliau berusia sepuluh tahun. Abu Syammah (wafat tahun 665 H) membaca al-Quran sejak kecil dan telah menguasai seluruh jenis qira’ah dari syaikhnya, as-Sakhawi, ketika masih berumur tujuh belas tahun. Abu Bakar bin Umar bin Musyabba’ bin Miqashshati (wafat tahun 713 H) menjadi ahli qira’ah al-Quran sebelum berusia dua puluh tahun. Hamzah bin Habib al-Imam al-Muqri (wafat tahun 158 H) mengomentari dirinya sendiri dengan berkata,”Aku dilahirkan pada tahun 80 H, dan menguasai qira’ah saat berusia lima belas tahun.” Khalf bin Hisyam bin Tsa’lab al-Imam al-Hafidz al-Hujjah Syaikhul Islam (wafat tahun 229 H) keluar dari Baghdad saat berusia sembilan belas tahun yang saat itu disana tidak ada yang lebih ahli qira’ah daripada beliau. Makki bin Abu Thalib al-Allamah al-Muqri yang lahir pada tahun 355 H, menguasai qira’ah dari Ibnu Ghalbun pada tahun 376 H, atau saat beliau masih berusia dua puluh satu tahun. Abu Ali al-Ahwazi al-Muqri al-Muhaddits yang lahir pada tahun 362 H, sejak kecil telah sibuk dengan riwayat dan hafal al-Quran 378 H atau ketika usia beliau berkisar enam belas tahun. Abu Bakar an-Nuqqasy al-Muqri’ al-Mufassir Ahad al-A’lam yang lahir pada tahun 266 H sejak kecil telah sibuk dengan qira’ah dan belajar pada Hasan bin Abbas bin Abu Mahran tahun 285 H atau ketika usianya sembilan belas tahun. Diantara mereka, ada juga Imam an-Nawawi, yang sampai-sampai syaikh beliau, Syaikh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi berkata,”Aku melihatnya menjadi seorang syaikh saat dia berumur sepuluh tahun di kota Nawa. Teman-temannya tidak suka kepadanya jika dia bermain bersama mereka, kemudian dia berlari menjauhi mereka seraya menangis karena ketidaksukaan mereka tersebut, dan saat itu dia langsung membaca al-Qur’an. Maka saat itulah aku mulai merasa menyayanginya. Saat itu ayahnya membawanya ke tokonya namun tidak membebaninya dengan kesibukan jual beli sehingga melalaikannya dari al-Qur’an. Akupun kemudian mendatangi pengajarnya dan menasehatinya dan kukatakan kepadanya bahwa dia diharapkan bisa menjadi orang yang paling alim dan paling zuhud pada masanya, dan manusiapun bisa mengambil manfaat darinya. Mendengar itu dia berkata,”Apakah engkau seorang peramal?” Maka akupun menjawab,”Tidak, sesungguhnya aku hanyalah orang yang diberitahu oleh Alloh akan hal itu.” Maka sang guru menyampaikan hal itu kepada ayahnya dan kemudian ayahnya menyemangatinya untuk menghatamkan al-Qur’an padahal saat itu dia belum baligh.” Saat para remaja merenungi beberapa contoh di atas, maka yang harusnya ada di benak mereka adalah naik dan bertambahnya semangat mereka, berusaha untuk bersimbiosis dengan mereka dan berusaha untuk mengikuti rombongan kloter mereka, merasa bahwa ketika mempelajari al-Qur’an Kitabullah ta’ala seperti para pendahulu mereka, mereka seperti sedang melompati beberapa masa ke belakang guna meresapi bahwa sesungguhnya mereka dan para pendahulu mereka tersebut berada dalam satu gerbong. Sesungguhnya barangsiapa yang mencintai suatu kaum, maka dia akan dikumpulkan bersama mereka dan barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka. Maka saat itu merekapun akan saling bertanya,”Dimanakah teman-teman sebayaku yang belum pernah kulihat, yang mereka telah diuji dengan kesenangan dan kesia-siaan? Namun mereka berusaha menangkal ujian-ujian yang melingkupi mereka. Sesungguhnya aku ingin bersimbiosis dengan mereka.”